Selasa, 29 Maret 2011

Toleransi Umat, Masih Adakah yang Peduli?

Ada suatu ilustrasi

Ada seorang mengalami kecelakaan parah, akhirnya orang itu dibawa kerumah sakit, sesampai di rumah sakit ternyata orang kecelakaan itu dibiarkan begitu saja, karena alasan tidak mempunyai biaya, sedangkan nyawa orang itu sekarat hampir mati.

Begitu pula dengan agama, yang menjadi puncak tertinggi adalah Tuhan, maka apabila orang itu telah sampai pada puncak yang ada hanya kedamaian dan ketentraman, akan tetapi bagaimana dengan kondisi sekarang? yang ada sebagian besar hanya mencari kemenangan sehingga tanpa sadar menyakiti dan melukai orang lain karena ada kepentingan dibalik itu semua.



Apakah ini yang disebut dengan toleransi?

Apakah ilmu itu hanya sebagai bias saja? dimana toleransi itu?

Ingat..!!!

Puncak tertinggi dari ilmu kedokteran untuk kesehatan,

Puncak tertinggi dari ilmu kemiliteran untuk kemenangan,

Puncak tertinggi dari ilmu ekonomi untuk kekayaan,

Puncak tertinggi dari ilmu kemanusiaan untuk persatuan,

Puncak tertinggi dari ilmu agama adalah kembali kepada Tuhan, dan

Puncak tertinggi dari kehambaan adalah NOL tidak ada pengakuan sama sekali

Lalu apa hakekat sebuah toleransi itu?

Hakekat toleransi itu apabila manusia bisa memandang dan memahami bahwa semua adalah satu unsur ciptaan, walaupun berbeda pendapat, berbeda agama, berbeda keyakinan, tetap satu saudara, satu unsur yaitu unsur hamba dan unsur ciptaan Tuhan Semesta Alam.

Sehingga manusia bisa menempatkan dirinya sebagai manusia, sehingga mengenal dengan Tuhannya, akhirnya manusia menyadari bahwa manusia itu lemah, bodoh, tidak memiliki kemampuan, dan tidak memiliki apa-apa, dan apabila semua manusia merasakan itu, disitulah akan tercipta toleransi yang hakiki. Dan ini puncak toleransi titik tertinggi itu.

Maka disinilah Alloh mengutus Rasululloh Muhammad Saw mengajarkan toleransi seluruh umat di jagad raya khususnya umat islam.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al Anbiyaa’ 107)

####

Pernah terjadi suatu peristiwa, dimana Rasululloh pernah dilempari batu oleh orang kafir quraisy, sehingga beliau berdarah-darah, akan tetapi beliau Rasululloh tidak membalas lemparan tersebut malah mendoakan si kafir quraisy itu supaya dibukakan hatinya agar mendapat hidayah.

Mengapa Rasululloh bisa begitu?

Karena pada saat beliau memandang semua adalah satu kaum, satu umat, satu ciptaan, dan semua adalah tanggung jawabnya sehingga kesabaranlah menyelimuti dirinya. Belum pernah didalam sejarah Rosululloh menyakiti orang lain apalagi membunuh.

Inilah contoh tauladan mengenai toleransi yang telah dicontohkan oleh beliau Rasululloh Saw

Lalu kenapa toleransi antar umat beragama semakin hari semakin pudar? Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?

Disinilah manusia tidak memandang satu ciptaan dari Tuhan yang maha kuasa, akhirnya timbul perasaan aku paling benar sendiri. Sehingga sifat jahat muncul karena manusia tidak mengenal Tuhannya, yang dikenal adalah akunya sendiri, akhirnya dibalik itu semua ada kepentingan, ada kemenangan, sehingga sifat kasih sayang itu hilang.

Tidak akan mungkin akan tercipta toleransi yang hakiki apabila manusia masih merasa mampu, masih merasa lebih baik, masih merasa lebih benar, maka manusia harus bisa menghakiminya sendiri, manusia yang bisa menghakimi dirinya sendiri adalah manusia yang berpandangan pada Tuhan.

Maka untuk kembali kepada Tuhan semua harus di NOL kan, sehingga hanya Tuhan yang ada, bukan aku pandai yang ada, bukan aku seorang pendeta yang ada, bukan aku seorang ulama yang ada, bukan aku seorang biksu yang ada, yang ada aku adalah ciptaan, sehingga aku tidak ada, yang ada hanya Alloh (Sang Hyang Widi, Tuhan Semesta Alam).

Semudah itukah pengetrapan NOL?

Ingat..!!!

Perbedaan jangan dijadikan alat untuk mengerdilkan pikiran kita, akan tetapi perbedaan jadikan alat untuk mendewasakan pikiran kita, karena perbedaan adalah suatu rahmat yang harus disyukuri, karena apapun alasannya kita tetap satu saudara dan unsur ciptaan Tuhan Semesta Alam.
by SEKUM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar