Minggu, 12 Desember 2010

Kisah Sebuah batu Kusam


Suatu ketika seorang pengerajin batu berjalan di gunung yang sangat gersang, dan melihat seonggok batu kusam berwarna cokelat. Yang telah diselimuti lumut dan telihat sangat lapuk dan buruk. Namun sang pengerajin tertarik untuk mengambilnya kemudian dengan sekuat tenaga ia mengayunkan godamnya mengenai batu, sehingga mendapatkan bongkahan batu sebesar kepala. Dan mulailah telihat warna asli batu tersebut adalah putih.


Dibawanya batu tersebut ke rumahnya, lalu di potong menggunakan gerinda, sehingga percikan apai hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat. Kemudian di haluskannya pemukaan batu yang kasar itu serta di polesnya.

Siang dan malam sang pengerajin berusaha keras mengucurjkan keringat mambuat sebuah batu penghias cincin. Dari warna batu yang semula putih kasar berangsur-angsur menjadi putih bersih halus, licin dan mengkilap. Sang pengerain tahu betul kesempurnaan batu penghias cincin. Akhirnya usaha serta jerih payahnya selama membuat batu penghias cincin tersebut terbayar karna ia telah menghasilkan sebuah batu yang berharga serta bernilai seni tinggi.

Sebenarnya alam telah memberikan segudang bahkan seluas langit dan bumi pelajaran buat kita (manusia) kita adalah sebongkah batu. kondisi lapuk, berlumut dan tapuh. Adalah kondisi kita yang taka mampu melawan cobaan. Pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api, siraman air dan gesekan amplas adalah gambaran setumpuk cobaan yang dating untuk menempa kita.

Terkadang kita menolakn cobaan yang datang, tapi sebenarnya cobaan tersebut adalah sarana yang datang dari sang Pencipta untuk membentuk kepribadian kita agar bisa terlihat bersinar.

Sekarang mari kita pikirkan dimanakah posisi kita? Apakah kita seonggok batu yang tak berharga? Ataukah kita adalah seonggok batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai yang mahal..

” Rayulah aku dan mungkin aku tak mempercayaimu, kritiklah aku dan mungkin aku tak menyukaimu, acuhkan aku dan aku mungkin tak memaafkanmu, semangatilah aku dan aku mungkin takkan melupakanmu”

By. Muh.Tasrin Solihin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar